Alkisah suatu hari di sebuah
sekolah, ada lomba mobil balap
mainan. Pada babak final, tersisa 4
orang anak. Salah satunya
bernama Benny. Dibanding semua
finalis, mobil Benny paling tidak sempurna. Saat pertandingan akhir akan
dilangsungkan, Benny meminta
waktu sebentar. Ia tampak komat-
kamit berdoa. Lalu, tak lama
kemudian, ia berkata, “Ya, aku
siap!” Dor! Tanda lomba dimulai. Dengan
satu hentakan kuat, semua mobil
itu pun meluncur cepat, dibantu
dorongan tangan anak-anak itu.
Ternyata, pemenangnya adalah
Benny! Benny maju dengan bangga saat
pembagian piala. Dia sempat
ditanyai pak guru, “Hai jagoan
Kamu pasti tadi berdoa kepada
Tuhan agar kamu menang, kan?” Benny terdiam sejenak, lalu
menjawab. “Bukan, Pak. Saya
merasa kurang adil meminta pada
Tuhan untuk menolongku
mengalahkan teman-teman lain.
Aku hanya mohon pada Tuhan, supaya aku tidak menangis jika aku
kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar
itu. Setelah beberapa saat,
terdengarlah gemuruh tepuk-
tangan yang memenuhi ruangan. Kita sering meminta pada
Yang Maha Kuasa untuk
menghalau semua halangan
dan menjadikan kita “nomor
satu”. Mungkin kita kurang
percaya bahwa kita itu sebenarnya cukup kuat (dalam
berjuang dan mampu
menerima setiap kekalahan
tanpa menangisi terlalu lama).
Ada baiknya, memanjatkan
doa dalam ketegaran yang berserah, yakin bahwa hasil
apa pun yang didapat, itulah
yang terbaik saat ini—bagi
kita dan di hadapanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar