Viking adalah berita buruk bagi semua orang, dimana mereka memang suka sekali merampok, menjarah, meminta upeti pada penduduk, dan bahkan saling berkelahi satu sama lain.
Ada beberapa Viking yang terkenal akan ketangguhan dan kehebatannya, dimana bahkan Viking lain tidak akan berani untuk membuat masalah dengannya.
Berikut adalah Prajurit Viking Terkuat Dalam Sejarah versi info kita
Erik Bloodaxe
Sejak usia 12 tahun sampai sampai masa remajanya, Eric Bloodaxe telah melakukan apa yang bangsa Viking lakukan (Menjarah, merampok, bahkan membunuh) di sepanjang pesisir Baltik dan Eropa. Ayahnya adalah raja Norwegia dan memiliki banyak putra untuk mewarisi tahtanya, dan Eric menyelesaikan masalah tahta ini dengan membunuh semua saudara laki-lakinya yang membuat ia mendapat julukan “Bloodaxe” (Kapak Darah). Seorang saudara laki-laki masih bertahan, dan setelah peraturan singkat, Eric diusir dari Norwegia. Beberapa cerita Norwegia menceritakan Erik kembali untuk merampok sebelum menetap di Northumbria dan menjadi rajanya. Namun, Northumbria adalah kerajaan yang sangat diperebutkan, dan Eric akhirnya terbunuh dalam pertempuran perebutan kekuasaan.
Erik the Red
Membunuh adalah sebuah kebiasan bagi Erik, dimana ia diasingkan dari Norwegia karena pembunuhan. Setelah dia pindah, ia kembali di asingkan karena membunuh (lagi) dua tetangganya. Selanjutnya ia menetap di Islandia, namun ia kembali berkelahi dan membunuh beberapa pria dan di usir untuk jangka waktu 3 tahun. Erik kemudian berlayar ke Barat, menemukan Greenland, dan menghabiskan penjelajahannya dalam pengasingan. Ia pun kembali ke Islandia, Erik merekrut lima ratus pria dan wanita untuk menemukan koloni di Greenland, walaupun hanya 14 kapal yang selamat dari 25 kapal yang berangkat dalam pelayaran tersebut. Erik pun mendirikan dua pemukiman di Greenland dan menyatakan dirinya sebagai kepala Suku. Erik pun menghabiskan sisa hidupnya untuk menetap di Greenland, memiliki 3 putra (Salah satunya adalah Leif Eriksson) dan seorang anak perempuan, Freydis Eriksdottir.
Freydis Eiriksdottir
Freydis adalah putri dari Eric si Merah dan saudara tiri dari Leif Eriksson. Freydis berhasil mendapatkan “Mantel Putri Prajurit Viking” setelah seorang diri berhasil mengusir beberapa penduduk pribumi Vinland yang saling bermusuhan, hanya dengan bersenjatakan pedang, dan sedang hamil. Freydis pun adalah seorang penjelajah, Freydis dan suaminya memimpin ekspedisi ke empat bangsa Viking di Vinland. Disana, Freydis menginginkan lebih dari apa yang menjadi bagiannya, jadi dia membohongi suaminya dengan berkata rekannya telah menyerangnya dan meminta suaminya untuk membunuh mereka (Sebenarnya, Freydis mengancam akan menceraikannya jika dia tidak mau melakukannya). Suaminya pun melakukannya (membunuh rekan – rekan Freydis) tetapi ia menolak untuk membunuh istri dan anak mereka, sehingga Freydis mengambil kapak dan melakukannya sendiri. Ketika kabar tentang apa yang ia lakukan tersebar, ia dijauhi, namun karena ia adalah saudara dari Leif Eriksson, dia berhasil lolos dari hukuman atas pembunuhannya tersebut.
Harald Hardrada
Harald Sirgurdsson pergi berperang pada tahun 1030 saat ia masih berumur 15 tahun untuk membantu saudara tirinya, Raja Norwegia. Pasukan Harald mengalami kekalahan, ia pun melarikan diri ke Kiev dan menghabiskan 15 tahun disana dan di Konstantinopel, dimana ia menjadi pemimpin penjaga Varangian kaisar Bryzantium. Harald pun kembali ke Norwegia pada tahun 1046, dia naik tahta dan dikenal sebagai Hardrada (Penguasa Yang “Keras”), baik dalam peraturannya yang “keras” dan selalu tidak cocok. Lalu raja Inggris meninggal, dan ia bercaya bahwa dirinya memiliki klaim atas tahta tersebut. Harald pun memimpin 300 kapal ke Utara Inggris untuk melawan pihak lain yang ingin mengklaim juga, pria yang akan dikenal sebagai William “Sang Penakluk”. Harald berhasil merebut kota York, tetapi saat di pertempuran “Stamford Bridge”, ia terkena panah di tenggorokannya dan meninggal.
Bjorn Ironside
Bjorn menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk merampok dan menjarah. Ia dan armada kapalnya merampok di sepanjang pesisir Prancis, Spanyol, Sisilia, Afrika Utra, dan Italia.
Disalah satu kota di Italia, paskukan Bjorn tidak dapat menembus pertahanan kota, sehingga ia pun berpura-pura meninggal dan menyuruh anak buahnya untuk meminta pendeta kota untuk menguburkannya ditanah suci.
Ketika peti matinya dibawa kegereja, Bjorn melompat keluar dan berjalan menuju ke gerbang kota dan membukanya agar pasukannya bisa masuk dan menyerang. Dia terus menyerang sampai menderita kekalahan di Selat Gibraltar, dimana ia kehilangan 40 armada kapal, kemudian pensiun ke Skandinavia dan menghabiskan sisa hidupnya dengan kekayaan dan kenyamanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar