RIDDLE# OPERASI




Level: hard



“Ini operasi pertamaku. Aku agak takut.”

“Jangan khawatir, Pak! Operasi ini pasti akan berhasil!”

Pada hari operasi.

“Pak dokter, apa operasinya benar akan berhasil?”

“Tenang saja, Pak. Kami sangat mengutamakan pasien. 
Rumah sakit kami juga tak mengizinkan adanya kegagalan.”

RIDDLE# HIDUP DISURGA




Level: medium



Aku benar-benar sedang hidup di surga. Orang-orang di sini sangat baik kepadaku. 
Mereka memberikanku makanan, bahkan banyak makanan. 
Aku vegetarian jadi tak menuntut banyak. Namun mereka tak pernah telat memberiku makan.
Juga aku boleh minum bir. 
Dan kadang, aku diputarkan musik klasik juga.



Aku juga diperbolehkan berlarian dan bermain di luar. 
Dan yang lebih enak lagi, aku tak perlu bekerja! Mereka memasangiku anting yang tak mau kupakai sih, tapi tidak masalah.

Aku harap aku bisa hidup seperti ini selamanya!

RIDDLE# KAKEK




Level: easy



“Kek, lihat aku membawakan jelly” aku melihat seorang anak kecil membawakan makanan penutup untuk kakeknya yang tinggal di panti jompo.

“Oh, pasti rasanya sangat enak!” jawab si kakek yang ompong itu.

Anak itupun memberikan satu suapan besar ke dalam mulut kakek itu. Hahaha, benar-benar sangat lucu dan imut sekali anak itu.

RIDDLE# PEGUNUNGAN?




Level: easy



Tanpa sengaja aku membunuh istriku dalam suatu pertengkaran. Ini bukan salahku. 
Ia terus-menerus menuduhku berselingkuh. 
Aku tahu polisi takkan mempercayai pembelaanku jadi aku memutuskan menyembunyikan mayatnya. 

Aku menaruhnya dalam bagasi mobil dan membawanya ke daerah pegunungan. 
Tempat ini benar-benar sempurna. Suasananya sangat terpencil dan tak ada seorangpun tinggal di sini. Takkan ada yang menemukannya di sini.

Akupun mengambil sekop dan mulai menggali. 
Tanah di sana sangatlah empuk, sehingga aku dengan mudah menggalinya.

Hufh, sudah kubilang ini sangat mudah.


RIDDLE# ADIK ANGKAT SAYA




Level: medium



Orang tuaku memutuskan untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan untuk menjadi adikku. Orang tuaku menamainya Bella. 
Ia anak yang manis, namun aku tak begitu suka dengannya.

“Irene, jika kau menjadi burung, kau mau menjadi apa?” tanya ibuku.

“Aku ingin menjadi merak.” Jawabku. 
“Merak kan burung yang cantik.”

“Kalau kau, Belle?”

“Aku mau menjadi Mockingjay!” jawabnya polos.

“Idih, mockingjay kan bukan burung sungguhan!” ejekku. 
Dasar anak bodoh, pikirku.

“Kalau begitu aku akan jadi cuckoo … cuckoo … cuckoo …” ia menirukan suaranya.

Dasar, aku benci sekali anak ini!



RIDDLE# PERPISAHAN SEKOLAH




Level: medium



Ada seorang anak yang bisa dibilang culun di kelasku. 
Dia tak pandai bergaul dan bisa dikatakan ia tak punya teman sama sekali di sini. 
Pada akhir semester ini dia pindah sekolah untuk ikut ayahnya yang akan bekerja di luar kota.

Di luar dugaanku, teman-teman sekelasku ternyata mengadakan pesta perpisahan untuknya. 
Sang ketua kelas bahkan memberikan kenang-kenangan berupa kertas warna-warni. 
Ia memberikan kertas kosong itu padanya. 

Begitu pula semua murid. 
Ia bahkan sampai menangis saat menerima. 
Ternyata semua teman-temanku sungguh baik. 
Akupun memberikan sehelai kertas untuknya sebagai lambang perpisahan kami.



RIDDLE# SEKOLAH TUA




Level: easy



Tiap kami pulang, kami selalu melewati sebuah sekolah tua yang terbengkalai. Bangunannya sudah tertutup rapat agar tidak ada yang masuk. 
Kayu-kayunya sudah lapuk, namun jendela kacanya masih utuh. 
Tiap kali kami lewat selalu saja ada cap telapak tangan yang menempel di jendelanya.



Dasar anak-anak usil, pikirku. 
Tempat seseram ini tapi masih saja mereka bermain di sini. 
Lagian ini kan musim dingin. 
Menggigil begini masih saja mereka main di luar.

RIDDLE# RUMAH AYAH



Level: easy



Pagi itu aku mengunjungi rumah ayahku. Kami harus tinggal di tempat yang terpisah ayahku ditempatkan bekerja di kota lain.
   Ini kali pertamaku mengunjungi ayahku di perumahan dinasnya. 
Begitu menemukan alamatnya, aku membuka pintu. 
Tidak dikunci! Dasar ayahku ceroboh sekali.

Begitu aku masuk, aku melihat sinar matahari pagi menyinari ruangan itu. 
Aku melihat seseorang tidur di ranjang ayahku. 
Masalahnya, dia adalah seorang perempuan. 
Siapa dia? Kenapa dia tidur di ranjang ayahku? Apa ayahku berselingkuh?

Dengan marah, aku mengambil asbak yang ada di atas meja samping tempat tidur dan memukulkannya berkali-kali ke kepala perempuan itu. Aku ketakutan dan langsung kabur. 
Apakah aku baru saja membunuhnya? Apakah aku akan ditangkap polisi. 
Tidak, justru ayahku yang akan dituduh membunuhnya! Lagipula ini kan salah ayahku. 
Kenapa ia harus berselingkuh?

Aku kembali ke rumah ibuku. Aku tak mau menceritakannya, sebab tentu ia akan sedih.
 Beberapa hari kemudian ayahku menelepon, menanyakan kenapa aku tak jadi mengunjunginya pagi itu. Ia sama sekali tak menyinggung tentang perempuan itu.

Sore itu aku memutuskan untuk datang ke rumahnya.
 Ia mempersilakanku masuk seolah tak terjadi apa-apa. 
Akupun masuk ke kamar ayahku dan melihat tak ada bekas pembunuhan di sana. 

Seprai dan semuanya telah berubah (pasti dia ganti), namun aku yakin ini kamar yang sama.
 Arah cahaya yang menyinarinya sama persis!

RIDDLE# TOILET BIRU




Level: extreme



Hari ini aku membeli secara online pengharum dan pembersih kamar mandi berbentuk tablet biru. 
Caranya adalah dengan memasukkannya ke dalam tanki kloset dan katanya (menurut iklan sih), air yang keluar dari pembilas kloset akan berwarna biru dan wangi. 
Hmmm … aku ingin mencobanya.

Malam itu akupun memasukkannya ke dalam tangki, lalu aku meninggalkannya semalaman. Sebagai seorang cewek single yang tinggal sendiri, benda seperti ini akan sangat membantuku karena aku nggak perlu sering-sering membersihkan kloset hahaha.

Esok paginya aku langsung mencobanya. Aku mencoba menyalakan penyiram kloset dan “Byuuuur!” air berwarna biru nan harum segera mengalir deras. Waaaah … benar-benar penemuan yang mengagumkan!

RIDDLE# SAKIT PANAS




Level: easy



“Aku tidak mau berangkat sekolah! Badanku panas!” anak perempuanku bersembunyi di bawah selimut. Tapi aku tahu dia bohong. 
Dia tidak mau berangkat karena hari ini ada kuis matematika yang amat dia benci.

“Mana Mama lihat?” aku menyibak selimutnya dan memeriksa dahinya.

“Mana nggak panas kok?”

“Tapi aku demam!” anakku bersikeras.

“Mama akan cek dengan termometer!” ujarku sembari mengambil termometer di lemari. 
Termometer ini adalah jenis yang sudah cukup tua, diwariskan turun temurun dari nenekku.

“Mama! Nggak usah!” lenguh anakku.

“Coba, masukkan ke mulut!” aku menyelipkan termometer itu ke mulut anakku. 
Tapi dasar anakku nakal, ia malah menggigit termometernya hingga pecah!

“Apa-apaan sih kamu!” aku mengeluarkan termometer itu dan memeriksa mulut anakku. 
Untungnya pecahan termometer itu cukup besar dan aku bisa memungutnya.

“Cepat minum!” perintahku lagi. Aku harap tak ada pecahan kaca kecil yang bisa melukai tenggorokannya. 
“Pokoknya Mama nggak mau tahu! Kamu boleh tidak masuk tapi jangan beranjak dari tempat tidur ini! Nonton tivi-pun nggak boleh!”

“Ah Mama!” ujarnya kesal. 
Ia memang mendapatkan apa yang ia mau, namun aku tetap menghukumnya. Dan yang jelas aku tak mau membawanya ke dokter. 
Jelas sekali dia berpura-pura sakit.