MOTIVASI: Kisah doa seorang anak

Alkisah suatu hari di sebuah
sekolah, ada lomba mobil balap
mainan. Pada babak final, tersisa 4
orang anak. Salah satunya
bernama Benny. Dibanding semua
finalis, mobil Benny paling tidak sempurna. Saat pertandingan akhir akan
dilangsungkan, Benny meminta
waktu sebentar. Ia tampak komat-
kamit berdoa. Lalu, tak lama
kemudian, ia berkata, “Ya, aku
siap!” Dor! Tanda lomba dimulai. Dengan
satu hentakan kuat, semua mobil
itu pun meluncur cepat, dibantu
dorongan tangan anak-anak itu.
Ternyata, pemenangnya adalah
Benny! Benny maju dengan bangga saat
pembagian piala. Dia sempat
ditanyai pak guru, “Hai jagoan
Kamu pasti tadi berdoa kepada
Tuhan agar kamu menang, kan?” Benny terdiam sejenak, lalu
menjawab. “Bukan, Pak. Saya
merasa kurang adil meminta pada
Tuhan untuk menolongku
mengalahkan teman-teman lain.
Aku hanya mohon pada Tuhan, supaya aku tidak menangis jika aku
kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar
itu. Setelah beberapa saat,
terdengarlah gemuruh tepuk-
tangan yang memenuhi ruangan. Kita sering meminta pada
Yang Maha Kuasa untuk
menghalau semua halangan
dan menjadikan kita “nomor
satu”. Mungkin kita kurang
percaya bahwa kita itu sebenarnya cukup kuat (dalam
berjuang dan mampu
menerima setiap kekalahan
tanpa menangisi terlalu lama).
Ada baiknya, memanjatkan
doa dalam ketegaran yang berserah, yakin bahwa hasil
apa pun yang didapat, itulah
yang terbaik saat ini—bagi
kita dan di hadapanNya.

Motivasi: Sahabat Sejati

Mempunyai satu sahabat sejati
lebih berharga dari seribu teman
yang mementingkan diri sendiri. Apa yang kita alami demi teman
kadang-kadang melelahkan dan
menjengkelkan, tetapi itulah yang
membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan
beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi
cobaan itu bahkan bertumbuh
bersama karenanya. Persahabatan tidak terjalin secara
otomatis tetapi membutuhkan
proses yang panjang seperti besi
menajamkan besi, demikianlah
sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan diwarnai dengan
berbagai pengalaman suka dan
duka, dihibur – disakiti,
diperhatikan – dikecewakan,
didengar – diabaikan, dibantu –
ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan
tujuan kebencian. Seorang sahabat tidak akan
menyembunyikan kesalahan untuk
menghindari perselisihan, justru
karena kasihnya ia memberanikan
diri menegur apa adanya. Sahabat tidak pernah membungkus
pukulan dengan ciuman, tetapi
menyatakan apa yang amat
menyakitkan dengan tujuan
sahabatnya mau berubah. Proses dari teman menjadi sahabat
membutuhkan usaha pemeliharaan
dari kesetiaan, tetapi bukan pada
saat kita membutuhkan bantuan
barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang
lain, tetapi justru ia berinisiatif
memberikan dan mewujudkan apa
yang dibutuhkan oleh sahabatnya. Kerinduannya adalah menjadi
bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan
yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan
sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah
menikmati indahnya persahabatan,
namun ada juga yang begitu
hancur karena dikhianati
sahabatnya. Ingatlah kapan terakhir kali kamu
berada dalam kesulitan. Siapa yang
berada di sampingmu? Siapa yang
mengasihi kamu saat kamu merasa
tidak dicintai? Siapa yang ingin
bersama kamu saat kamu tak bisa memberikan apa-apa ?? Merekalah sahabat sejati mu!
Hargai dan peliharalah selalu
persahabatanmu.

Motivasi: Kisah Dua Ekor Tikus

Di dalam got yang gelap hiduplah
dua ekor tikus yang saling
bersaudara. Suatu saat kedua ekor
tikus ini melihat sebuah roti keju
dari lubang sebuah selokan. Tikus-
tikus ini ingin sekali memakannya tetapi sayang lubang selokan itu
tertutup oleh jeruji besi yang
sangat kuat. Kedua tikus ini berusaha sekuat
tenaga untuk menghancurkan
jeruji besi itu dengan gigi-gigi
mereka yang tajam tetapi gigi
mereka mulai rusak karena jeruji
besi itu terlalu keras bagi gigi mereka yang kecil. Kedua ekor tikus ini kecapaian, dan
butuh istirahat. Tikus pertama
berkata dalam hatinya: “Aku
tidak akan menyerah, setelah ini
aku akan menghancurkan jeruji
besi itu dengan sekuat tenagaku. Pantang menyerah adalah pangkal
dari keberhasilan !” Tikus kedua
termenung dan berpikir : “Aku
akan kehilangan semua gigiku jika
aku nekat menggigiti jeruji itu. Ada
baiknya kalau aku mengambil jalan lain saja untuk mendapatkan roti
keju itu.” Setelah beristirahat sejenak, tikus
pertama mulai menggigiti lagi
jeruji besi itu dengan sekuat
tenaga sedangkan tikus kedua
mundur diri dari usahanya. Melihat
tikus kedua mundur diri tikus pertama mulai mengejek
saudaranya itu katanya : “Kamu
itu sifatnya mudah menyerah dan
tidak ulet bekerja, mana mungkin
kamu bias berhasil dalam
kehidupanmu?” Tikus kedua tidak mempedulikan ejekan saudaranya,
dia mundur mencari jalan lain ke
tempat roti keju itu. Akhirnya tikus kedua berhasil
memperoleh jalan ke tempat roti
keju itu sedangkan tikus pertama
kelelahan dan hancur giginya
karena menggigiti jeruji besi itu. Cerita ini merupakan cerita
yang agak kontradiktif tetapi
yang ingin disampaikan dari
cerita ini adalah hendaklah
kita memakai kejelian dan
kecerdasan kita untuk memecahkan masalah kita dan
bukan hanya mengandalkan
keuletan dan kerajinan kita
untuk bekerja. Pantang
menyerah cukup baik, tetapi
jika tanpa kecerdasan semuanya sia-sia, maka
pakailah kecerdasan kita.

Motivasi: memahami arti kehilangan

Ada seorang perempuan yang
merasa sangat kehilangan saat
ditinggal mati suami yang sangat dicintainya. Demikian besar rasa cintanya,
sehingga ia memutuskan untuk
mengawetkan mayat suaminya
dan meletakkannya di dalam
kamar. Setiap hari, dia menangisi
suaminya yang telah
menemaninya bertahun-tahun.
Wanita itu merasa dengan
kematian suaminya, maka tidak
ada lagi makna dari hidup yang dijalaninya. Cerita tentang wanita itu terdengar
oleh seorang pria bijak yang juga
terkenal memiliki kesaktian yang
tinggi. Didatanginya wanita
tersebut, dan dia mengatakan bisa
menghidupkan kembali suaminya. Dengan syarat dia meminta
disediakan beberapa bumbu dapur
yang mana hampir setiap rumah
memilikinya. Namun, ada syarat lain, bumbu
dapur tersebut harus diminta dari
rumah yang anggota keluarganya
belum pernah ada yang meninggal
dunia sama sekali. Mendengar hal itu, muncul
semangat di hati sang wanita
tersebut. Dia berkeliling ke semua
tetangga dan berbagai penjuru
tempat. Setiap rumah memiliki
bumbu dapur yang diminta oleh si orang bijak, tapi setiap rumah
mengaku pernah mengalami
musibah ditinggal mati oleh
kerabatnya. Entah itu orang tua,
suami, nenek, kakek, adik, bahkan
ada yang anaknya sudah meninggal. Waktu berjalan dan tidak ada satu
pun rumah yang didatanginya bisa
memenuhi syarat yang
dibutuhkan. Hal ini menjadikan wanita tersebut
sadar, bahwa bukan hanya dirinya
yang ditinggal mati oleh orang
yang disayanginya. Akhirnya, dia kembali mendatangi
si orang bijak dan menyatakan
pasrah akan kematian suaminya.
Hingga kemudian dia
menguburkan mayat suaminya,
dan menyadari bahwa semua orang pasti pernah mengalami
masalah sebagaimana yang
dihadapinya. Pesan dari kisah di atas adalah: Jangan pernah menganggap
bahwa masalah yang ada pada
kita merupakan masalah yang
paling besar, sehingga kita
mengorbankan waktu hanya
untuk terus meratapi musibah tersebut. Yakinlah, bahwa semua orang
di dunia ini pernah mengalami
musibah, apapun bentuknya.
Yang membedakan adalah
bagaimana seseorang
menghadapi dan menyikapi masalah yang ada pada
dirinya.

Ketulusan Hati seorang Tukang Bangunan

Ada dua orang pemuda yang mendapat pekerjaan sebagai tukang bangunan . Proyekyang harus mereka jalankanadalah membangun sebuah rumah milik saudagar kaya. Pemuda pertama, yang bertubuh besar mendapat tugas membuat pintu dan kayu. Sedangkan pemuda kedua yang bertubuh kecil mendapat tugas mengaduk semen dan menyusun batu bata. Pemuda pertama senang karena menganggap pekerjaannya sangat mudah dan tidak perlubanyak tenaga, pemuda kedua tidak banyak mengeluh karenadia berpikir akan memberikanyang terbaik. Saat tiba di lokasi pembangunan, sang pemuda pertama sangat terkejut karenarumah yang dibangun ternyata rumah model kuno, memerlukan pintu dan jendela yang penuh ukiran. Sang mandor langsung mengajarkan cara mengukir pada pemuda pertama. Meskipun telah diajarkan berkali-kali, sang pemuda pertama tidak bisa mengukir dengan baik, karena sejak awal dia berpikir bahwa pekerjaannya mudah sehingga menyepelekan. Berbeda dengan pemuda kedua, dia bisa mengaduk semen dan menyusun bata dengan baik walaupun hanya diajarkan sesekali. Timbul niat untuk bertukar posisi. Pemuda pertama menawarkan diriuntuk menggantikan sipemuda kedua, merekapun bertukar pekerjaan. Saat sore tiba, sang mandor kembali ke rumah yang dibangun. Dia terpesona dengan satu pintu yang memiliki ukiran halus dan indah.“Siapa yang membuat ukiran ini?” tanya sangmandor. Pegawai yang lain langsung menunjuk ke arah pemuda dua. Sang mandor langsung menghampirinya lalu bertanya bagaimana si pemuda yang tidak memiliki latar belakang mengukir bisa menghasilkan ukiran pintu yang indah. “Bagi saya, sederhana saja pak,” ujarnya dengan wajah yang rendah hati. “Lakukan semuanya dengantulus dan janganpernah meremehkan apapun. Dengan begitu, saya lebih mengerti saat diajarkan dan bersungguh-sungguh mengerjakannya,”lanjut sang pemuda. “Jika kita bekerja dengan kesungguhan hati, maka hasilnya akan luar biasa,”

GOSIP

Seorang desa menyebarkan berita buruk tentang seorangteman, padahal kemudian beritaitu tidak benar.Diapun datang menemui seorangbiksu untuk minta nasehat. “Agar hatimu bisa tenang,” kata biksu itu, “kamu harus mengisi sebuah tas dengan ayam,mendatangi setiap rumah didesa, dan meletakkan sehelai bulu ayam di ambang pintu.” Si orang desa itu melakukannyadan kembali sambil mengumumkan bahwa dia sudahmelakukan tugasitu. “Belum selesai!” seru sang biksu. “Ambil tasmu dan kumpulkan kembali setiap helai bulu yang tadi kau letakkan di ambang pintu.” “Tapi, semua bulu itu mungkinsudah hilang tertiup angin.” “Memang,” jawab sang biksu. “Begitu pula yang terjadi dengan gosip . Ucapan dapat dengan mudah dengan menyebar,tapi sekeras apapun usahamu, kamu tak kan pernah bisa menghapus kembali gosip itu.”

Kisah Petani Jagung Yang Baik

Di sebuah pedesaan, tempatdi mana tanah yang sangat subur dapat menumbuhkan tunas-tunas jagung, ada seorang petani yang berhasil memenangkan kontes pertanianselama bertahun-tahun. Hal ini menarik perhatian seorang wartawan, karenadi desa itu adapuluhan petani yang juga memiliki kebun jagung. Untuk mengungkap rahasia kemenangan selama bertahun-tahun itu, sang wartawan mengunjungi sangpetani untuk wawancara singkat. “Apakah Anda memiliki rahasiakhusus untuk memenangkan kontes hasil panen jagung terbaik setiap tahun?” tanya sang wartawan. Petani yang tampak bersahaja itu tersenyum lalu menjawab, “Saya tidak punya rahasia khusus, karena bibit jagung milik saya yang memenangkan kontes, pada akhirnya selalu saya bagi-bagikan pada petani lain, karena ituadalah bibit jagung terbaik.” Sang wartawan tampak bingung, berarti semua petani memiliki bibit jagung yang sama-sama baik. “Mengapa Anda membagikanbibit jagung terbaik? Bukankah semua petani di desa ini mengikuti kontes yang sama, Anda tak takut kalah?” Sang petani terkekeh pelan, “Aku sama sekalitidak memikirkanmenang ataupun kalah, anak muda. Kau harustahu bahwa angin dapat menerbangkan serbuk sari bunga-bunga jagung dan terbang dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila ada serbuk sari tanaman jagung dengan bibit yang buruk terbang ke ladang jagungku,itu akan menurunkan kualitas jagung saya dan juga seluruh hasil jagung pendudukdesa ini. Saya ingin mendapat hasil jagung terbaik, karena itulah saya menolong tetangga saya untuk mendapat bibit jagung yang baik pula.”

Burung Kecil Pindah Rumah

Seekor burung kecil sedang sibuk untuk persiapan pindahrumahnya, dan bertemu dengan tetangganya. Tetangganya bertanya: “Kamu mau ke mana?” Burung kecil menjawab: “Saya mau pindah ke hutan yang berada di sebelah timur.” Tetangga bertanya lagi: “Di sini kamu hidupnya lumayanbaik, mengapa mau pindah?” Burung kecil punmenjawab, “Tidakkah kamu mengetahuinya, Semua orang di sini tidak suka suaraku, Mereka mengatakan bahwa suara saya sangat jelek, jadi sayaharus pindah rumah.” Tetangganya punberkata: “Sebenarnya kamu tidak perlu pindah, tapi kamu hanyaperlu mengubah suara nyanyianmu. Jikakamu tidak bisamengubah / memperbaiki suara saat bernyanyi, Walaupun kamu pindah ke hutanyang berada di sebelah timur, Mereka yang di sana tetap tidak akan sukapadamu.”

Kisah Sang Ombak

Alkisah, di tengah samudra yang luas, saat air laut pasang,tampak ombak besar bergulung-gulung dengan gemuruh suaranya yang menggelegar, seakan ingin menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagahperkasa. Sementara itu, jauh di belakanggelombang ombakbesar, terdengargemericik suaraombak kecil bersusah payah mengikuti jejak si ombak besar.Tertatih-tatih, mengekor hempasan ombak besar. Si ombakkecil merasa dirinya begitu kecil, lemah, tidak berdaya, dan tersisih di belakang. Sungguh, terasa menyakitkan. Dengan suaranyayang lemah, kurang percaya diri, ombak kecil bertanya kepada ombak besar. Maka sayup-sayup, terdengar serangkaian percakapan di antara mereka. “Hai ombak besar…! Aku ingin bertanya kepadamu…!! Mengapa engkau begitu besar, begitu kuat, dangagah perkasa? Sementara lihatlah diriku…begitu kecil, lemah, dan tidakberdaya. Aku ingin seperti kamu!” Ombak besar punmenjawab, “Sahabatku, kamumengganggap dirimu kecil dantidak berdaya. Sebaliknya, kamumengganggap akubegitu hebat dan luar biasa. Anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belummengerti jati dirimu yang sebenarnya!” “Jati diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu apa…?” timpal ombak kecil. Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda, tetapi sebenarnya jati diri kita adalahsama! Kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak kecil danombak besar adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati adalah air. Bila kamu bisa menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidakakan menderita lagi. Kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku: kuat, gagah, dan perkasa.

KISAH POHON JATI

Alkisah ada sebuah pohon jati yang angkuhdi hutan. Ia tinggi dan kuat.Di dekatnya, adasebuah tanaman obat yang kecil. Pohon jati berkata, “Aku sangat gagah dan kuat. Tidak ada yang bisa mengalahkan aku.” Mendengar hal ini, tanamanobat itu menjawab, “Temanku, terlalu angkuh itu berbahaya. Bahkan, yang kuat sekalipun akan jatuh suatu hari nanti.” Si pohon jati mengabaikan kata-kata si tanaman obat. Iaterus saja memuji-muji dirinya sendiri.Lalu, berembuslah angin kencang. Si pohon jati berdiri dengan tegapnya. Bahkanketika turun hujan, si pohon jati tetap kokohdengan cara membentangkan daun-daunnya. Disaat yang bersamaan, si tanaman obat merunduk. Si pohon jati mengolok-oloknya. Suatu hari, bertiuplah angintopan di hutan itu. Si tanaman obat merunduk. Seperti biasanya, si pohon jati tidakmau merunduk. Tapi karena angin berembus semakin kencang,si pohon jati tidak mampu menahannya lagi.Ia merasa kekuatannya berkurang. Ia pun tumbang. Itulah akhir dari pohon yangangkuh itu. Ketika keadaannya sudah tenang, sitanaman obat kembali berdiri tegak lagi. Ia melihat ke sekeliling. Dilihatnya si pohon jati yangangkuh itu sudah tumbang.

Kisah Tukang Kayu

Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahuia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat.Ia pun menyampaikan rencana tersebut kepadamandornya. Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salahsatu tukang kayu terbaiknya,ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelumtukang kayu tuaini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniatuntuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati. Sang mandor hanya tersenyumdan berkata, “Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamubebas membangundengan semua bahan terbaik yang ada.” Tukang kayu lalumemulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakanbahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhirikarirnya. Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa.Saat sang mandor memegangdaun pintu depan, ia berbalik dan berkata, “Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!” Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal.Kalau saja sejakawal ia tahu bahwa ia sedangmembangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal dirumah yang ia bangun dengan asal-asalan. Inilah refleksi hidup kita! Pikirkanlah kisah si tukangkayu ini. Anggaplah rumahitu sama dengankehidupan Anda. Setiap kali Andamemalu paku, memasang rangka,memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana.

Filosofi Memanah

Alkisah, di suatu senja yang kelabu, tampak sang raja beserta rombongannya dalam perjalananpulang ke kerajaan dari berburu di hutan. Hari itu adalah hari tersial yang sangat menjengkelkan hati karena tidak ada satu buruan pun yangberhasil dibawa pulang. Seolah-olah anak panahdan busur tidakbisa dikendalikan dengan baik seperti biasanya. Setibanya di pinggir hutan, raja memutuskanberistirahat sejenak di rumah sederhanamilik seorang pemburu yang terkenal karenakehebatannya memanah. Dengantergopoh-gopoh, si pemburu menyambut kedatangan rajabeserta rombongannya. Setelah berbasa-basi, tiba-tiba si pemburu berkata, “Maaf baginda, sepertinya baginda sedang jengkel dan tidak bahagia. Apakah hasil buruan hari ini tidak memuaskanbaginda?” Bukannya menjawab pertanyaan, sangraja malah beranjak menghampiri sebuah busur tanpa tali yangtergeletak di sudut ruangan. “Pemburu, kenapabusurmu tidak terpasang talinya? Apakah engkau sudah tidak akan memanah lagi?” tanya sang rajadengan nada heran dan terkejut. “Bukan begitu baginda, tali busur memang sengaja hamba lepas agar busur itu bisa ‘istirahat’. Jadi, ketika talinya hamba pasang kembali, busur itu tetaplentur untuk melontarkan anak panahnya. Karena berdasarkan pengalaman hamba, tali busur yang tegang terus menerus, tidak akan bisa dipakai untuk memanah secara optimal”. “Wah, hebat sekali pengetahuanmu! Ternyata itu rahasia kehebatan memanahmu selama ini ya,” kata baginda. “Memang, kami turun temurun adalah pemburu. Dan pelajaran seperti ini sudah ada sejakdari dulu. Untukmemaksimalkan alat berburu, kebiasaan seperti itulah yang harus hamba lakukan. Mohon maaf baginda, masih ada pelajaran lainnya yang tidak kalah penting yang biasa kami lakukan.” “Apa itu?” tanyabaginda penasaran. “Menjaga pikiran. Karena sehebat apapun busur dan anak panahnya, bila pikiran kita tidak fokus, perasaan kita tidak seirama dengan tangan, anak panah dan busur, maka hasilnya juga tidak akan maksimal untuk bisa mencapai sasaran buruan yang kita inginkan”. Mendengar penjelasan si pemburu, tampaksang raja terkesima untukbeberapa saat. Tiba-tiba tawa sang raja memenuhi ruangan. “Terimakasih sobat. Terima kasih. Hari ini rajamu mendapat pelajaran yang sangat berhargadari seorang pemburu yang hebat.” Setelah cukup beristirahat, raja pun berpamitan pulang dengan perasaan gembira. Dan timbul keyakinan, lain kali pasti akan berhasil lebih baik.

HARIMAU KECIL MENANAM BUNGA

Alkisah, ada seekor harimaukecil yang punya impian mengerjakan pekerjaan hebat agar dirinya bisa dihormati dan disegani semua binatang . Tapi setiap hari diahanya bersantai saja,tidak berbuat apa pun. Si harimau kecil hanya membuang-buangwaktunya untukmemikirkan cara menjadi hebat. Karena inilah, binatang-binatang lain menjulukinya “pemimpi”. Suatu hari, harimau kecil datang ke rumah kambing tua yang terletak di kaki gunung. Karena melihatsi harimau kecil itu hanyabersantai-santai saja, sikambing tua menegurnya. Harimau itu menjawab bahwadia bukannya tidak ingin bekerja, tapi belum mendapatide untuk mengerjakan sesuatu yang sangat bermakna dan hebat. Lalu, si kambing tua mengajak harimau itu kehalaman belakang. Di sana, terhamparsebuah taman bunga. Dari dalam kantong, si kambing tuamengeluarkan bibit bunga dan memberikannya pada si harimau, “Ini bibit bunga. Sekarang coba pikirkan cara tercepat agar bibit ini bisa tumbuh dari dalam tanah dan berbunga.” “Agar bibit inibisa tumbuh besar dan berbunga mekar,caranya hanya menguburkan bibit itu dan nantinya dia akan tumbuh berakar. Lalu dia akan muncul ke permukaan tanah dan berbunga di musim semi,” kata si harimau. Setelah itu, dia mulai menebarkan bibitnya. “Jikatidak melalui masa penanamanbibit di tanah,maka bibit itujuga tidak bisatumbuh dari tanah.” Kambing tua itu pun berkata bahwa sebenarnya si harimau kecil sudah tahu cara menjadi seekor binatang yang hebat.

BAHAGIA KARNA BERSYUKUR

Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta,dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu denganorang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari , dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokanharinya. Begituhari-hari berlalu. Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba dia kaget saat menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu. “Akh. Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu besar! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?” Setelah menimbang, si pedagang memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana. Dia berpakaian layaknya rakyat biasa dan membaur ketempat keramaian. “Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore, tetapi tetap saja miskin dan kurang,” terdengar sebagian penduduk berkeluh kesah. Di tempat lain,dia mendengar seorang saudagar kaya; walaupun hartaberkecukupan, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki dengan garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia. Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba ditepi sebuah hutan. Saat diaberniat untuk beristirahat sejenak di situ, tiba-tibatelinganya menangkap gerak langkah seseorang dan teriakan lantang, “Huah!Tuhan, terima kasih. Hari iniaku telah mampu menyelesaikan tugasku denganbaik. Hari ini aku telah pulamakan dengan kenyang dan nikmat. Terimakasih Tuhan, Engkau telah menyertaiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendakberistirahat.” Setelah tertegun beberapa saat dan menyimak suara lantang itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemudaberbaju lusuh telentang di rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya begitubersahaja. Mendengar suara di sekitarnya, diaterbangun. Dengan tersenyum dia menyapa ramah,“Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat disini.” “Terima kasih, Anak Muda. Boleh bapak bertanya?” tanya si pedagang. “Silakan.” “Apakah kerjamu setiaphari seperti ini?” “Tidak, Pak Tua. Menurutku,tak peduli apapun pekerjaan itu, asalkan setiaphari aku bisa bekerja dengansebaik2nya danpastinya aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang kubantu senang,orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang diatas sana. Ya kan? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua pemberiannya ini”.