Level: easy
“Aku tidak mau berangkat sekolah! Badanku panas!” anak perempuanku bersembunyi di bawah selimut. Tapi aku tahu dia bohong.
Dia tidak mau berangkat karena hari ini ada kuis matematika yang amat dia benci.
“Mana Mama lihat?” aku menyibak selimutnya dan memeriksa dahinya.
“Mana nggak panas kok?”
“Tapi aku demam!” anakku bersikeras.
“Mama akan cek dengan termometer!” ujarku sembari mengambil termometer di lemari.
Termometer ini adalah jenis yang sudah cukup tua, diwariskan turun temurun dari nenekku.
“Mama! Nggak usah!” lenguh anakku.
“Coba, masukkan ke mulut!” aku menyelipkan termometer itu ke mulut anakku.
Tapi dasar anakku nakal, ia malah menggigit termometernya hingga pecah!
“Apa-apaan sih kamu!” aku mengeluarkan termometer itu dan memeriksa mulut anakku.
Untungnya pecahan termometer itu cukup besar dan aku bisa memungutnya.
“Cepat minum!” perintahku lagi. Aku harap tak ada pecahan kaca kecil yang bisa melukai tenggorokannya.
“Pokoknya Mama nggak mau tahu! Kamu boleh tidak masuk tapi jangan beranjak dari tempat tidur ini! Nonton tivi-pun nggak boleh!”
“Ah Mama!” ujarnya kesal.
Ia memang mendapatkan apa yang ia mau, namun aku tetap menghukumnya. Dan yang jelas aku tak mau membawanya ke dokter.
Jelas sekali dia berpura-pura sakit.
Keracunan raksa
BalasHapus