Cerita ini dialami oleh kakak tertuaku.
Suatu malam saat ia tengah tertidur lelap, ia tiba-tiba terbangun dan merasakan dirinya tak bisa bergerak. Ia mengalami apa yang kami namakan “tindihan”. Tubuhnya terasa lumpuh, ia bahkan tak bisa menggerakkan jarinya.
Ia mencoba melihat jam digital yang ada di layar VCR di seberang tempat tidurnya. Lampu VCR itu menyala dan menunjukkan pukul 3.45. Tiba-tiba jam itu menghilang. Tidak, bukan menghilang, tapi seakan ada sesuatu yang menghalanginya. Jam itu tak lagi terlihat, terhalang sesosok badan hitam. Kakakku menutup matanya karena ketakutan. Tiba-tiba saja ia mendengar suara gadis cilik terkekeh dan dadanya terasa sesak. Seperti ada yang menindih dadanya. “Buka matamu...” Suara itu terdengar dari atas dadanya. “A...aku tidak bisa membukanya ...” Kakakku terlalu takut akan apa yang mungkin ia lihat saat membuka matanya. Jika kamu bisa tidur dengan mata terbuka,” bisik gadis itu, “Kau akan mendapatkan kue bulat yang manis.” “Kue bulat...” gadis itu terkikik. Dan kakakku pingsan. Keesokan harinya kakakku menceritakannya kepadaku, namun aku hanya menertawakannya. Aku kemudian menyesal. Siangnya pada hari yang sama, kakakku ditemukan meninggal. Ia tertabrak bus sekolah. Saat meninggal, saksi mata mengatakan matanya membelalak lebar. Pada hari pemakamannya, seorang gadis cilik mendatangiku. Ia adalah sepupu jauhku. “Mi-chan menyuruhku memberikan ini pada kakakmu.” Aku menerimanya, “Siapa Mi-chan?” aku pikir Mi-chan adalah saudaranya yang lain. “Mi-chan berkata, karena ia tinggal di dalam lmari, ia tak bisa keluar. Namun jangan khawatir, ia bisa keluar kalau malam tiba dan akan datang padamu.” Bulu kudukku bergidik ketika aku melihat apa yang ia berikan kepadaku. Sebuah manju, kue kecil berbentuk bulat yang manis. SEKIAN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar