Alkisah, ada seorang pria, sebut saja dia “D” yang suka mengerjai orang. Sebagai contoh, ketika ada empat orang datang ke restoran (termasuk dia), dan pelayannya bertanya, “Pesan untuk empat orang?”, ia selalu berkata, “Empat? Lihat baik-baik! Bukankah kami ada lima!”
Banyak orang mengira D memang memiliki kemampuan melihat apa yang tak bisa dilihat manusia biasa. Namun sebenarnya tidak. Ia hanya suka mempermainkan orang dan sennag melihat ekspresi ketakutan orang2 yang ia pikir lucu. Teman2nya selalu menyuruhkan menghentikan lelucon itu, namun ia terus saja melakukannya. Hingga suatu hari, karena kesal, akhirnya tak ada satupun orang yang mau makan lagi bersamanya. Iapun terpaksa makan siang di sebuah restoran langganannya. “Pesan kopi!” katanya pada pramusaji. Namun ketika pramusaji datang, ia menghidangkan dua gelas kopi. Satu untuknya, dan satu diletakkan di depan kursi sebelahnya. Ketika makanan datang pun, pramusaji selalu meletakkan dua piring, satu untuknya dan satu diletakkan untuk kursi sebelahnya. Pertama ia pikir para pramusaji di sini ingin membalasnya. Namun hal itu terus terjadi, walaupun ia mencoba makan di tempat yang berbeda-beda. Bahkan kemanapun ia pergi, kini teman2nya pun selalu mengatakan bahwa ada orang lain yang sedang bersamanya. Ia mulai ketakutan dan merasa jera. Mungkin ini balasan karena ia sering mempermainkan orang lain. Selama berhari-hari, akhirnya ia memilih hidup seperti pertapa. Ia tak pernah keluar rumah lagi dan terus saja berdiam di kamar karena ketakutan. Setelah sebulan, akhirnya ia mulai merasa tenang. Ia merasa, apapun yang mengikutinya, ia pasti sudah meninggalkannya. Iapun datang ke sebuah restoran, memesan segelas kopi. Sang pramusaji datang dan menyajikan segelas kopi untuknya. Lalu segelas kopi diletakkan untuk kursi di sebelahnya. Lalu satu lagi. Dan lagi. Dan lagi. Dan lagi .... SEKIAN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar